Majalahnabawi.comSunan Abu Dawud adalah kitab hadis yang dikategorikan sebagai kitab sunan seperti Sunan al-Nasai, Sunan Ibnu Majah dll. Hal ini dapat kita ketahui sesuai dengan perkataan Abu Dawud sendiri yang menamai kitabnya ini dengan al-Sunan. Kitab sunan adalah kitab hadis yang disusun sesuai dengan bab fikih.

Sunan Abu Dawud ditulis oleh imam Abu Dawud yang bernama lengkap Abu Daud Sulaiman bin Asy’ats al-Sijistani, beliau merupakan ahli hadis dan ahli fikih yang unggul setelah imam al-Bukhari

Persyaratan Ketat dalam Kitab Sunan Abi Dawud

Persyaratan yang ketat dalam kitab tersebut seperti tidak menuliskan hadis dari periwayat yang matruk al-hadis yang disepakati oleh ulama hadis. Namun jika terdapat hadis mungkar di dalam kitabnya, ia menjelaskannya bahwa hadis tersebut adalah hadis mungkar. Alasan beliau menulis hadis mungkar di dalam kitabnya karena ia tidak memiliki riwayat hadis sahih yang berkaitan dengan babnya dan jika terdapat hadis yang memiliki wahan (cacat) yang amat berat maka ia menjelaskannya pula serta ia menyebutkan sanad sanad yang tidak sahih, dan jika ia tidak mengkritik atau memberikan komentar atas suatu hadis maka hadis tersebut dapat dipastikan sahih paling tidak hasan menurut beliau dan dapat diamalkan.

Kitab ini merupakan termasuk salah satu dari enam kitab hadis yang dijadikan sumber utama (al-mashadir al-ashliyah) dalam hadis menurut Ahlusunnah.

Fakta Menarik dari Kitab Sunan Abi Dawud

Adapun fakta yang menarik dari kitabnya adalah hadis-hadis yang terdapat dalam satu bab itu tidak lebih dari 3 hadis walaupun ia memiliki banyak riwayat hadis yang sahih terkait bab tersebut. Alasannya untuk kemanfaatan kitab tersebut jadi beliau hanya memilih satu atau dua saja.

Fakta kedua, jika terdapat hadis yang diulang-ulang tidak hanya sebatas mengulang hadis saja namun beliau juga menambahkan pembahasan dalam pengulangan tersebut atau terdapat tambahan matan hadis.

Fakta ketiga, Imam Abu Daud juga terkadang meringkas hadis yang panjang menjadi pendek. Alasannya, jika beliau menulisnya secara utuh,  sebagian orang tidak dapat memahami dimanakah letak dalil fikih dalam hadis tersebut. Maka beliau hanya menuliskan wajh dalil dari hadis tersebut.

Kitab Hadis Berstruktur Fikih

Hadis yang terdapat di dalam kitabnya mencapai 4.800 hadis dan 900, di antaranya merupakan hadis Mursal. Namun seperti yang kita ketahui hadis Mursal dapat dijadikan hujjah dalam beristinbath hukum seperti yang dilakukan oleh Sufyan al-Tsauri, Malik bin Anas, dan Imam al-Auza’i. Imam al-Syafii tidak menjadikan hadis Mursal sebagai hujjah. 4.800 hadis tersebut merupakan hadis yang mengandung hukum karena beliau tidak menuliskan hadis tentang zuhud dan fadhailul A’mal seperti yang dilakukan oleh penulis sunan yang lain.

Menurut Abu Dawud sendiri, jika ada hadis yang tidak terdapat di dalam kitabnya ini maka hadis tersebut dapat dikategorikan hadis yang lemah terkecuali hadis tersebut diriwayatkan berbeda dengan periwayatan yang ada didalam kitabnya karena beliau tidak menuliskan seluruh jalur periwayatannya karena hal itu dapat menyulitkan kepada pembaca. Menurutnya pula tidak ada satupun yang menuliskan kitab hadis berdasarkan investigasi secara keseluruhan selain dirinya sendiri sehingga beliau berani berkata seperti tadi.

Kitabnya ini banyak disyarahi oleh para ulama, di antaranya adalah ‘Aunul Ma’bud syarah sunan Abi Daud yang ditulis oleh syekh Samsyul Haq Abadi, Badzlul Majhud fi Halli Abi Dawud karangan syaikh Khalil Ahmad, Murqot al-Su’ud ila Sunan Abi Dawud karangan imam al-Suyuti, dan Syarh Ma’alim al-Sunan karangan Abi Sulaiman al-khattabi.

Kitabnya lebih banyak dikaji oleh ulama fikih sebagai sumber dalil dalam fikih karena kitabnya ditulis berdasarkan bab fikih serta keseluruhan hadisnya merupakan hadis hukum yang banyak mengandung permasalahan fikih mazhab Syafii, Maliki dan al-Tsauri. Bahkan ahli fikih berpendapat bahwa kitab Sunan ini setelah al-Quran dapat mencukupi seorang mujtahid untuk berijtihad.