Majalahnabawi.com – Lidah lebih tajam daripada pisau, lidahmu harimaumu. Ungkapan tersebut sangatlah cukup untuk kita menjaga ucapan dan memikirkan ucapan sebelum dibicarakan kepada orang lain. Karena ucapan itu lebih pedas dan membekas di dalam hati.

Pada zaman kemajuan teknologi ini, bukan hanya lisan saja yang berbahaya dan harus dijaga, tetapi jari-jemari tangan pun harus dijaga karena dengannya bisa menyebar berita hoax dan bisa menyakiti hati orang lain melalui ketikannya di media sosial.

Hendaklah seorang beriman itu menjaga lisan dan jarinya dari hal-hal di atas. Jika tidak penting untuk diungkapkan, maka hendaklah diam saja. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Sayyiduna Abu Hurairah, bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallama bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْأٰخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Maknanya: “Siapa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berbicara baik atau hendaklah dia diam”. (H.R. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim)

Masih banyak lagi dalil tentang berbicara baik dan anjuran diam. Cukup hadits di atas untuk kita amalkan agar berbicara baik, atau lebih baik diam. Karena hal itu adalah di antara tanda-tanda orang yang imannya sempurna.

Antara Berbicara dan Diam

Jika berbicara itu tidak ada faedahya, maka hendaklah diam saja. Jika ada maslahat kebaikan, maka bicaralah. Jika seimbang antara baik dan tidak berfaedah, maka hendaklah diam saja.

Marilah kita renungi bait dan maknanya sebagai berikut:

وَزِنِ الْكَلَامَ إِذَا نَطَقْتَ فَإِنَّمَا# يُبْدِي عُيُوْبَ ذَوِي الْعُيُوْبِ الْمَنْطِقُ

Dan pertimbangkanlah ucapan apabila kamu ingin berbicara, maka hanyasanya#

pembicaraan itu bisa menampakkan aib-aib (kejelekan) orang yang mempunyai aib.

Kita terkadang sering kongres (kongko enggak beres-beres) sampai-sampai pembahasannya itu membuka aib orang lain atau menggunjing orang lain (ghibah). Oleh karena itu, hendaklah kita berpikir-pikir dulu ketika ingin berbicara. 

Setiap yang kita tahu, tidak harus kita bicarakan dan sebarkan. Tetapi, setiap apa yang kita katakan dan sebarkan harus kita ketahui isi dan sumbernya.

By Faiz Aidin

Dilahirkan tanggal 25 Juni 2000 di Jakarta Barat, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Muharifin dan Hj. Nurhayati, bertempat tinggal di jalan raya Kembangan, Kembangan Utara Rt 09/02 No. 83 Gang H. Naim, Kembangan, Jakarta Barat. Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya dan mahasiswa PAI FITK UIN Jakarta.