Majalahnabawi.comSelain Ashab al-Suffah, ada beberapa santri kalong Nabi dari Basrah.

Ada pesantren yang menampung santri mukim saja. Ada juga beberapa pesantren yang menampung santri kalong juga (santri yang tidak mukim, pulang pergi).

Apakah santri sudah ada pada masa Nabi?

Kebanyakan kita mengetahui bahwa awal mula santri adalah para Ashab al-Suffah (para sahabat golongan Muhajirin yang tinggal di emperan masjid Nabawi Madinah).

Santri Kalong Nabi dari Basrah

Tapi, ada hal yang menarik selain Ashab al-Suffah yaitu beberapa santri kalong dari Basrah yang dipimpin oleh Malik bin al-Huwairits.

Jumlah mereka (santri kalong dari Basrah) sekitar 3-10. Mereka merupakan utusan Bani Laits bin Bakr bin Abdu Manaf bin Kinanah, yang datang ke Madinah untuk belajar agama Islam kepada Rasulullah.

Mereka hanya 20 hari nyantri kepada Rasulullah. Meskipun demikian, santri kalong dari Basrah ini sangat serius dan senantiasa bermulazamah sehingga mereka banyak meriwayatkan hadis, khususnya Hadis tentang salat.

Perhatian Nabi kepada Santrinya

Kisah mereka (santri kalong dari Basrah) tercantum dalam kitab-kitab Hadis, khususnya kitab Sahih al-Bukhari. Berikut di antara Hadisnya dalam kitab Sahih al-Bukhari:

حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ مَالِكِ بْنِ الحُوَيْرِثِ، أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ قَوْمِي، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، وَكَانَ رَحِيمًا رَفِيقًا، فَلَمَّا رَأَى شَوْقَنَا إِلَى أَهَالِينَا، قَالَ: ارْجِعُوا فَكُونُوا فِيهِمْ، وَعَلِّمُوهُمْ، وَصَلُّوا، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ.

Dari Malik bin al-Huwairits, “Aku mendatangi Rasulullah bersama sekelompok orang (3-10 orang) dari kaumku. Lalu kami bermukim selama 20 hari, Nabi adalah seorang yang penyayang dan lemah lembut. Ketika Nabi melihat kerinduan kami kepada keluarga kami, beliau bersabda: “Pulanglah kamu kepada kaummu, ajarilah mereka, salatlah bersama mereka (jadilah kalian sebagai imam shalat mereka)! Apabila datang waktu salat, azanlah salah seorang kalian dan menjadi imamlah orang yang paling tua di antara kalian”.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ خَالِدٍ الحَذَّاءِ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ مَالِكِ بْنِ الحُوَيْرِثِ، قَالَ: أَتَى رَجُلاَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرِيدَانِ السَّفَرَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَنْتُمَا خَرَجْتُمَا، فَأَذِّنَا، ثُمَّ أَقِيمَا، ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا.

Dari Malik bin al-Huwairits berkata: Dua orang lelaki (Malik bin al-Huwairits dan seorang temannya) datang ke Nabi bermaksud sowan mau pergi/pulang. Lalu Nabi berpesan: Jika kalian keluar/bepergian, azanlah kalian berdua -untuk yang lebih utama, sekali azan oleh seseorang pun cukup -. Kemudian iqamahlah kalian berdua, kemudian menjadi imamlah orang yang paling tua di antara kalian.

Pesan Guru kepada Santrinya saat Hendak Boyong

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَهَّابِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ، أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدِ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا – أَوْ قَدِ اشْتَقْنَا – سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ، قَالَ: «ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ – وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لاَ أَحْفَظُهَا – وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ»

Malik bin Huwairits bercerita: “Kami pernah datang kepada Rasulullah, ketika itu kami pemuda yang sebaya usianya. Lalu kami tinggal bersama Nabi selama 20 hari, Rasulullah merupakan seorang yang penyayang dan lemah lembut. Ketika Nabi menyangka bahwa kami sudah rindu keluarga, Nabi menanyakan kami tentang keluarga yang kami tinggalkan. Lalu kami menjawabnya. Nabi berpesan: Pulanglah kepada keluarga kalian, menetaplah bersama mereka. Ajarilah mereka, perintahkanlah salat kepada mereka. – Nabi menyebutkan beberapa perkara yang aku tidak hafalkan – Salatlah kamu sebagaimana kamu melihatku salat. Jika datang waktu salat, azanlah salah seorang kalian, dan menjadi imamlah orang yang paling tua di antara kalian“.

Dari beberapa Hadis di atas, kita bisa mengambil beberapa pelajaran, yaitu menuntut ilmu harus kepada guru yang alim dan benar, menuntut ilmu ke mana pun dan di mana pun. Belajar itu bukan masalah tempatnya bagus atau tidak tapi bagaimana proses dan ketekunan dalam belajarnya yang dapat mempengaruhi pelajar. Seorang guru harus memperhatikan kondisi muridnya dan menyayangi mereka, berkeluarga bukan menjadi penghalang untuk belajar dan mengaji. Bagi para istri jangan mengkhawatirkan suaminya jika sedang mengaji di luar rumah/tempat yang jauh.

Semoga bermanfaat dan dapat kita contoh kisah di atas.

Untuk biografi Malik bin al-Huwairits akan kami sedikit bahas di tulisan lain.

By Faiz Aidin

Dilahirkan tanggal 25 Juni 2000 di Jakarta Barat, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Muharifin dan Hj. Nurhayati, bertempat tinggal di jalan raya Kembangan, Kembangan Utara Rt 09/02 No. 83 Gang H. Naim, Kembangan, Jakarta Barat. Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya dan mahasiswa PAI FITK UIN Jakarta.