Awal Mula Disyariatkannya Tayamum
Majalahnabawi.com – Perintah bertayamum ternyata memiliki Asbab al-Nuzul dan Asbab wurud al-hadis sendiri (sebab-sebab turunnya suatu ayat al-Quran dan sebab sebab yang melatarbelakangi hadis itu ada).
Latar belakang atau sebab-sebab turunnya ayat dan hadis tayamum ini ketika terjadinya perang Bani Musthaliq, yang ketika itu Sayyidah Aisyah yang kehilangan kalungnya dan tidak lepas juga dari keberkahan Abu Bakar al-Shiddiq dan keluarganya.
Para ulama ahli sejarah berbeda pendapat tentang tahun berapa peristiwa ini berlangsung ? Yang râjih (pendapat terkuat), peristiwa ini terjadi pada hari Senin awal bulan Sya’ban tahun 5 Hijriah.
Para ahli sejarah sepakat bahwa Bani Musthaliq adalah bagian dari kabilah Bani Khuza’ah yang memiliki hubungan persaudaraan dengan Aus dan Khazraj di Madinah. Bani Musthaliq bertempat tinggal di daerah Qudaid dan Asafân yang merupakan wilayah tengah daerah kabilah Bani Khuza’ah yang membentang di sepanjang jalur Makkah dan Madinah mulai dari Marraz Zahran sampai al-Abwa’. Sebuah posisi yang strategis bagi dua pihak yang sedang berseteru yaitu pihak Quraisy dan pihak kaum Muslimin.
Hadis Tentang Tayamum
Terdapat sebuah hadis dalam kitab Shahih al-Bukhari yang mengisahkan peristiwa tersebut:
334 – حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ القَاسِمِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ، حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ أَوْ بِذَاتِ الجَيْشِ انْقَطَعَ عِقْدٌ لِي، فَأَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى التِمَاسِهِ، وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ، فَأَتَى النَّاسُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، فَقَالُوا: أَلاَ تَرَى مَا صَنَعَتْ عَائِشَةُ؟ أَقَامَتْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسِ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ، فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدْ نَامَ، فَقَالَ: حَبَسْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسَ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَعَاتَبَنِي أَبُو بَكْرٍ، وَقَالَ: مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ وَجَعَلَ يَطْعُنُنِي بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي، فَلاَ يَمْنَعُنِي مِنَ التَّحَرُّكِ إِلَّا مَكَانُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فَخِذِي، «فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَصْبَحَ عَلَى غَيْرِ مَاءٍ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ آيَةَ التَّيَمُّمِ فَتَيَمَّمُوا»، فَقَالَ أُسَيْدُ بْنُ الحُضَيْرِ: مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أَبِي بَكْرٍ، قَالَتْ: فَبَعَثْنَا البَعِيرَ الَّذِي كُنْتُ عَلَيْهِ، فَأَصَبْنَا العِقْدَ تَحْتَهُ.
Keberkahan dan Tayamum
Telah menceritakan kepada kami oleh Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami oleh Malik dari Abdurrahman bin al-Qasim dari bapaknya dari Aisyah isteri Nabi Saw, Aisyah berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah Saw dalam salah satu perjalanan yang dilakukannya. Hingga ketika kami sampai di Baida’, atau tempat peristirahatan pasukan, aku kehilangan kalungku. Maka Nabi Saw dan para sahabatnya mencarinya, sementara mereka tidak berada dekat air. Orang-orang lalu datang kepada Abu Bakar al-Shiddiq seraya berkata, ‘Tidakkah kamu perhatikan apa yang telah diperbuat oleh Aisyah? Dia telah membuat Rasulullah Saw dan orang-orang tertahan (dari melanjutkan perjalanan), padahal mereka tidak sedang berada dekat air dan mereka juga tidak memiliki air!. Lalu Abu Bakar datang, sedangkan saat itu Rasulullah Saw meletakkan kepalanya di pahaku. Abu Bakar lalu memarahiku dan mengatakan sebagaimana yang dikehendaki Allah untuk (Abu Bakar) mengatakannya. Ia menusuk lambungku, dan tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak (karena rasa sakit) kecuali karena keberadaan Rasulullah yang di pahaku.” Kemudian Rasulullah Saw bangun di waktu Subuh dalam keadaan tidak memiliki air. Allah Ta’ala kemudian menurunkan ayat tayamum, maka orang-orang pun bertayamum.” Usaid bin al-Hudlair lalu berkata, “Tidaklah Aisyah kecuali awal dari keberkahan keluarga kamu wahai wahai Abu Bakar!” ‘Aisyah berkata, “Kemudian unta yang aku tunggangi berdiri yang ternyata kami temukan kalungku berada di bawahnya.”
Kesabaran Rasulullah dan Keberkahan Keluarga Abu Bakar
Dari kisah ini dapat dipetik hikmah bahwa Abu Bakar r.a dan keluarganya memiliki keutamaan dan keberkahan yang membawa manfaat besar bagi umat Islam. Lewat kisah ini, umat Islam mendapat keistimewaan bolehnya bertayamum. Berkat kesabaran Rasulullah Saw dan keluarga Abu Bakar akhirnya kalung yang jatuh itu ditemukan di bawah tunggangan ummul Mukminin Aisyah r.a.
Untuk diketahui, perintah bertayamum ini juga diabadikan dalam surah al-Maidah ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.