Mengenal Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia

Majalahnabawi.com – Bagi masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi mendengar nama pondok pesantren. Ketika mendengar nama pondok pesantren pasti yang terbenak dalam pikiran adalah suatu lembaga pendidikan yang mengajarkan  keislaman. Di mana, para santrinya tinggal di asrama atau pondok bersama ustaznya untuk dibimbing dan diajarkan ilmu agama. Hal ini bisa dikatakan benar bila dilihat dari kedua istilah katanya yaitu pondok dan pesantren. Pondok yang artinya asrama atau tempat tinggal, sedangkan pesantren adalah pembelajaran.

Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Tertua

Tidak dipungkiri bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Namun, tidak banyak referensi yang menjelaskan awal mulanya pesantren didirikan di Indonesia. Tetapi hampir dipastikan bahwa pesantren lahir seiring penyebaran Islam yang dilakukan oleh wali sanga, khususnya di Pulau Jawa. Sebagian sejarah ada yang mengatakan bahwa pesantren yang pertama didirikan adalah pesantren Syekh Maulana Malik Ibrahim atau yang juga dikenal dengan nama Syekh Maulana Maghribi (w. 822 H/1419 M), karena beliau adalah orang yang pertama kali menyebarkan Islam di antara wali sanga yang lainnya.

Namun, yang berhasil mendirikan pondok pesantren dan mengembangkannya adalah Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Misi keagamaan dan pendidikan Sunan Ampel mencapai kesuksesan hingga bisa dikenal di kalangan masyarakat Majapahit. Sejak saat itulah muncul pesantren-pesantren baru yang didirikan oleh para santri dan anak beliau.

Pada dasarnya tujuan didirikannya pondok pesantren adalah membimbing para santri untuk menjadi manusia yang mempunyai kepribadian islami, menjadi ahli agama, serta sanggup menyebarkan Islam melalui ilmu dan amalnya.

Pondok pesantren memiliki satu  pandangan hidup yang berbeda dari kalangan masyarakat lainnya. Aspek-aspek  pondok pesantren lebih menekankan dan mementingkan terhadap hal-hal yang bersifat ukhrawi, meskipun tidak menafikan atas sifat duniawi. Tetapi, dengan pola kehidupan yang berbeda ini pesantren mampu mempertahankan dan menjaga kelestariannya meskipun sudah berabad-abad.

Berbagai Istilah Pondok Pesantren

Seiring dengan bergantinya zaman dan tantangan yang terjadi hampir di semua lini kehidupan. Pesantren di Indonesia merevolusi dan menselaraskan pembelajarannya dengan metode-metode  pengetahuan umum yang berkembang. Tetapi, hal itu tidak sampai  mengubah kultur, adat dan citra pesantren secara keseluruhan. Bahkan,  di Indonesia sendiri, saat ini muncul beberapa istilah untuk pondok pesantren yaitu pondok pesantren modern, salaf, dan salafi.

Apa yang dimaksud modern, salaf, dan salafi? Nah berikut adalah beberapa penjelasannya. Definisi pesantren salaf adalah sebuah pesantren yang menganut sistem tradisional di mana di dalamnya hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama bahkan sama sekali tidak mengajarkan ilmu umum. Biasanya pondok semacam ini lebih belajar mendalami ilmu agama Islam dengan kitab-kitab karangan ulama atau istilahnya kitab kuning dan metode belajar mengajar di pesantren salaf ini terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan dan wetonan. Metode sorogan adalah sistem belajar-mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustaz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji, sedangkan santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut. Metode sorogan dan wetonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini.

Pesantren Modern, Salaf, dan Salafi

Pesantren modern adalah  pesantren yang di dalamnya menganut sistem pendidikan yang diadopsi dari sistem pendidikan modern dan materi yang dipelajari merupakan kombinasi antara ilmu agama dan ilmu umum. Ciri khas pondok modern adalah penekanannya pada kemampuan berbahasa asing secara lisan, sedangkan keunikan pesantren salaf adalah lebih menekankan pada kemampuan penguasaan kitab kuning.

Nah, selanjutnya adalah Pesantren Wahabi Salafi. Pesantren ini adalah pesantren yang akidahnya menganut idelogi Wahabi Arab Saudi yang konservatif. Akan tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya dengan Pesantren Salafi, bukan Pesantren Wahabi atau Salafi Wahabi. Ciri khas yang paling mudah diketahui dari ponpes Wahabi adalah: tidak ada kunut saat shalat subuh, tidak ada tahlilan pada malam jumat, serta tidak ada materi pelajaran tasawuf dan tauhid Asy’ariyah atau Maturidiyah.

Bahkan tidak sedikit pesantren-pesantren di Indonesia sudah mendirikan lembaga perguruan tinggi yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan santri-santrinya, sebagai lembaga pembentuk moral dan kepribadian yang luhur. Perguruan tinggi yang mereka bangun bukan haya saja dalam kompetensi ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum seperti informatika dan komputer, ekonomi dan akuntansi dan juga masih banyak lagi yang lainnya.

Similar Posts