majalahnabawi.com – Setiap orang dalam kehidupannya pasti tidak dapat menghindar dari kesulitan. Fase di mana kita merasa tidak ada seorang pun yang dapat menolong kecuali Tuhan. Manusia, dalam situasi ini biasanya memanjatkan doa serta berharap kepada Zat Yang Maha Kuasa.

Amalan Nabi Ketika Menghadapi Kesulitan

Dalam Sahih al-Bukhari, terdapat bab khusus yang secara spesifik menceritakan bagaimana doa Nabi ketika menghadapi kesulitan. Bab ini, Imam Bukhari beri judul al-Du’a ‘inda al-Karbi (doa ketika sulit). Hadis ini riwayat sahabat Ibnu Abbas, ia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُوْ عِنْدَ الْكَرْبِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْعَظِيْْمُ الْحَلِيْمُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ

Artinya: “Nabi ﷺ biasa berdoa ketika dalam kesulitan, beliau mengucapkan, “LAA ILAAHA ILLALLAHUL ‘ADZIIM AL HALIIM LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUS SAMAAWATI WAL ARDLI WA RABBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM (Tiada Tuhan yang disembah selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Penyantun. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Tuhan langit dan bumi serta Tuhan arsy yang mulia).”

Selain riwayat Imam al-Bukhari, hadis serupa juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad bin Hanbal.

Hadis dalam Karya al-Maqdisi

Terkait hadis doa dalam keadaan sulit ini, ada temuan menarik dalam kitab al-‘Uddah lil Karbi Wasyiddah (Piranti dalam Menghadapi Kesulitan) karya Dhiyauddin al-Maqdisi. Dalam karyanya, al-Maqdisi mengutip hadis riwayat Imam Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasai, Ibnu Majah dan Imam Ahmad bin Hanbal dari sahabat Anas bin Malik:

مَرَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَبِيْ عَيَّاشٍ زَيْدِ بْنِ صَامِتٍ الزُّرَقِيِّ وَهُوَ يُصَلِّْيْ وَهُوَ يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ يَا مَنَّانُ يَا بَدِيعَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ دَعَا اللهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِيْ إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى

Artinya: Rasulullah ﷺ melewati Abu Ayyasy Zaid bin Shamit al-Zuraqi, dia sedang shalat membaca, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Engkau, wahai Yang Maha Pemberi, Wahai Yang Menciptakan Langit dan Bumi, wahai Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan”. Rasulullah ﷺ bersabda, “Zaid bin Shamit al-Zuraqi ra, berdoa kepada Allah dengan Nama-Nya yang paling Agung, yang jika dipergunakan untuk memohon, akan dipenuhi, dan jika dipergunakan untuk meminta, musti dikabulkan“.

Pendapat Ulama tentang Ismul A’zham

Dalam hadis riwayat sahabat Anas bin Malik tadi, ada ungkapan Nabi tentang ismul a’zham. Di mana ketika orang berdoa dengan ismul a’zham pasti doa-doanya akan Allah kabulkan. Karena hal ini, banyak orang yang berspekulasi apa itu ismul a’zham dan dari sekian banyak nama Allah, yang manakah ismul a’zham itu?. Namun karena keterbatasan tempat tidak mungkin semua spekulasi dihadirkan dalam tulisan ini.

Kami hanya akan menghadirkan apa yang Imam al-Suyuthi paparkan dalam karyanya al-Dur al-Munazam fi Ismillahi al-A’zham. Dalam karyanya ini, beliau menjelaskan berbagai pendapat tentang ismul a’zam.
Salah satunya ialah pendapat kalangan ulama yang tidak mebeda-bedakan “Nama Allah” semua nama Allah yang ada, adalah ismul a’zham. Tidak boleh bagi seorang hamba mengunggulkan salah satu dari sekian “nama-nama Allah”. Ulama yang berpegang pada pendapat ini di antaranya Abu Ja’far Thabari, Abu Hasan al-Asy’ari, Abu Hatim (Ibnu Hibban), dan Abu Bakar al-Baqilani. Kiranya, penulis juga berpegang pada pendapat ini. Sehingga, ketika berdoa yang terpenting adalah menyebut nama-nama Allah. Karena semua nama Allah adalah ismul a’zam.

By Ilham Fikri

Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences