majalahnabawi.comIslam tidak hanya memperhatikan kesehatan jasmani saja, tapi kesehatan mental/rohani juga sangat diperhatikan. Umat Islam diperintah untuk menjaga kebersihan jasmani, dan juga kebersihan rohani. Kita harus menjaga hati dari segala bentuk penyakit hati, yang dapat menyebabkan hangusnya pahala kita dan dapat membuat jasmani sakit pula.

Dalam kajian Psikologi Agama, ada pembahasan Kesehatan Mental. Apa itu Kesehatan Mental?

Kesehatan Mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani (M. Buchori, 1982: 13). Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tenteram (M. Buchori, 1982: 5). Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi dan agama (M. Buchori, 1982: 5).

Berzikir Menjadi Penenang Hati

Allah mengingatkan di dalam ayat al-Quran bahwa dengan berdzikir mengingat-Nya akan membuat hati kita tenang, firman-Nya sebagai berikut:

الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ. (سورة الرعد: ۲٨)

Orang-orang yang beriman dan tenang hati mereka dengan berdzikir mengingat Allah, ketahuilah dengan berdzikir mengingat Allah maka akan tenang hati.” (QS. al-Ra’d)

Sebagaimana jasmani harus sehat, rohani atau mental pun harus sehat. Sebagaimana jasmani perlu untuk makan dan minum, rohani pun butuh asupan berupa ilmu dan dzikir. Imam Fath al-Mushili berkata, sebagaimana dicantumkan di dalam kitab al-Mursyid al-Amin ringkasan Ihya’ ‘Ulumiddin karya Imam al-Ghazali sebagai berikut:

وَقَالَ فَتْحُ الْمُوْصِلِيِّ: أَلَيْسَ الْمَرِيْضُ إِذَا مُنِعَ الطَّعَامُ وَالشَّرَابُ وَالدَّوَاءُ يَمُوْتُ؟ قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: كَذَالِكَ الْقَلْبُ إِذَا مُنِعَ عَنْهُ الْحِكْمَةُ وَالْعِلْمُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مَاتَ. وَلَقَدْ صَدَقَ، إِذْ غِذَاءُ الْقَلْبِ الْعِلْمُ وَالْحِكْمَةُ وَبِهِمَا حَيَاتُهُ، كَمَا أَنَّ غِذَاءَ الْجِسْمِ الطَّعَامُ وَالشَّرَابُ. وَمَنْ فَقَدَ الْعِلْمَ فَقَلْبُهُ مَرِيْضٌ وَمَوْتُهُ لَازِمٌ، وَلَيْسَ يَشْعُرُ بِهِ، لِأَنَّ شَوَاغِلَ الدُّنْيَا أَبْطَلَتْ إِحْسَاسَهُ، فَإِذَا كَشَفَ عَنْهُ الْمَوْتُ تِلْكَ الشَّوَاغِلَ أَحَسَّ بِأَلَمٍ عَظِيْمٍ وَتَحَّسَرَ تَحَسُّرًا لَا أٰخِرَ لَهُ.  

Artinya: Fathul Mushili bertanya: Bukankah orang yang sakit jika tidak makan, minum, dan minum obat akan mati? Para muridnya menjawab: Tentu iya. Fathul Mushili berkata lagi: Begitu juga hati, jika tidak masuk hikmah dan ilmu selama tiga hari, akan mati hati. Imam al-Ghazali berkata: Sungguh benar Fathul Mushili, karena makanan/ asupan hati adalah ilmu dan hikmah, dengan keduanya akan hidup hati. Sebagaimana asupan tubuh jasmani adalah makan dan minum. Siapa orang yang keluputan ilmu, maka hatinya sakit dan pasti mati hatinya, sedangkan dia tidak merasakan itu. Karena kesibukan-kesibukan dunia membatalkan merasakan hal itu. Jika kematian sudah membuka kesibukan-kesibukan dunia itu, maka baru dia merasakan kepedihan yang sangat dan dia akan sangat menyesal.

Jaga Hati!

Rasulullah Saw pernah berpesan untuk menjaga hati yang menjadi sentral tubuh jasmani dan rohani kita, beliau bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَابْنُ مَاجَهْ)

Ketahuilah, sungguh di jasad itu ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka seluruh jasad akan baik, apabila segumpal daging itu rusak maka akan rusak seluruh jasa, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.” (HR. al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)

Rasulullah juga bersabda tentang bahwasanya kekayaan dan kecukupan itu bukan berupa banyak harta benda, tetapi kekayaan dan kecukupan itu yang jiwanya kaya dan tenang, berikut sabda beliau:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَابْنُ مَاجَهْ وَالتِّرْمِذِيُّ)

Kekayaan itu bukan banyak harta benda, tetapi kekayaan itu yang jiwanya merasa cukup dan tenang.” (HR. al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dan al-Tirmidzi)

Habib Hasan bin Ja’far al-Segaf menyebutkan dalam syair shalawat al-Badr bereff bahasa Indonesia yang berkaitan dengan ketenangan jiwa:

Hidup senang bukan banyak uang # hidup senang hatinya tenang

Hati yang tenang hati yang senang # hati yang senang imannya menang.

Untuk menjaga hati dari penyakit iri dan dengki, al-Quran sudah memberi doanya sebagaimana di dalam Quran surah al-Hasyr ayat 10:

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ أٰمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِّيْمٌ

Kalimat yang ditebalkan dan dimiringkan adalah doa agar tidak ada penyakit hati berupa iri dengki terhadap mukmin. Kalimat tersebut mempunyai arti: dan janganlah Engkau jadikan rasa dengki di dalam hati kami kepada orang-orang beriman. Wahai Tuhan kami, sungguh Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.

Dari ayat, hadis, dan syair di atas, jelaslah bahwa kesehatan mental sangat penting dan sangat berperan bagi kesehatan jasmani juga.

By Faiz Aidin

Dilahirkan tanggal 25 Juni 2000 di Jakarta Barat, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Muharifin dan Hj. Nurhayati, bertempat tinggal di jalan raya Kembangan, Kembangan Utara Rt 09/02 No. 83 Gang H. Naim, Kembangan, Jakarta Barat. Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya dan mahasiswa PAI FITK UIN Jakarta.