Majalahnabawi.com – Siapa yang tidak tahu mengenai perang Uhud? Tentu kita sering mendengar dan tidak asing lagi tentang pertempuran antara kaum muslimin dan kafir Quraisy. Perang yang terjadi pada tahun ke-3 H ini dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw dan hanya membawa 700 pasukan gabungan dari kaum-kaum di Madinah.

Karena 300 pasukan telah membelot dan melakukan pengkhianatan kepada kaum muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay, sehingga pasukan gabungan yang semula berjumlah 1000 berkurang menjadi 700 prajurit. Sedangkan, di sisi lain kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan membawa kurang lebih 3000 pasukan lengkap dengan persenjataannya.

Kematian adalah hal yang pasti bagi semua makhluk hidup termasuk manusia. Akan tetapi, ada diantaranya manusia yang bahkan kematiannya ditunggu dan disambut gembira oleh ribuan malaikat. Ia merupakan wanita yang dijuluki perisai Rasulullah Saw. Siapakah wanita itu?

Di balik pertempuran yang begitu sengit antara kaum muslimin dan kafir Quraisy terdapat seorang wanita yang gagah perkasa dari kalangan shahabiyyah. Beliau adalah Nusaibah binti Kaab (Ummu Imarah) putri tunggal dari seorang ayah bernama Kaab bin Amr dan ibunda Rabbab binti Abdullah bin Habib. Beliau mempunyai dua saudara laki-laki yang bernama Abdullah bin Kaab dan Abu Laila Abdurrahman bin Kaab.

Ummu Imarah (ibunda para pemimpin) termasuk di antara kaum Anshar di Madinah yang bersegera masuk Islam menyambut dakwah Mus’ab bin Umair. Nama beliau juga tercatat dalam sejarah agung Baiat Aqabah sebagai salah satu dari dua wanita bersama 73 laki-laki yang bersumpah setia membela Rasulullah Saw. Ia berbaiat bersama suaminya Zaid bin Ashim dan kedua putranya yaitu Abdullah bin Zaid dan Habib bin Zaid.

Keistimewaan Ummu Imarah

Selain rasa kecintaan beliau kepada Rasulullah Saw yang teramat besar, Nusaibah juga memiliki sederet keutamaan lain yang dimilikinya, di antaranya adalah sifat keberanian, kesatria, penguasaan ilmu perang, berkuda, bedah medis serta tidak takut mati di jalan Allah Saw. Sebagaimana kontribusi terbesar Nusaibah yang tercatat dalam kisah perang Uhud di mana beliau mendapatkan gelar difaa’un nabi (perisai nabi).

Pada hari itu (perang Uhud) Rasulullah Saw takjub melihat Sa’ad bin Robi r.a. Apakah hanya Sa’ad? Tidak, beliau juga takjub dengan seorang wanita. Rasulullah pun berkata: “tidak ada wanita yang terlibat dalam peperangan ini kecuali satu orang. Akan tetapi, kemampuannya sebanding dengan 100 pria”. Dan wanita itu adalah Ummu Imarah.

Pembelaan Ummu Imarah terhadap Rasulullah

Ummu imarah ditugaskan Rasulullah untuk menjadi juru medis dan merawat para prajurit yang sedang terluka. Saat ia sedang memberikan minum kepada salah seorang pemuda muslim yang sedang terluka, ia menyaksikan kekasihnya Rasulullah Saw di medan perang telah di kepung oleh musuh dari kanan dan kiri. Seketika Ummu Imarah pun langsung membuang bejana air yang telah di gilirkannya untuk para kaum muslimin yang sedang terluka. Ia bangkit dan mengambil pedang yang tergeletak untuk melindungi kekasihnya, sampai ketika musuh menebas tangan kanannya hingga darah bercucuran ke tanah membasahi seluruh tubuhnya dan ia sudah tidak bisa mengayunkan pedang lagi untuk melawan para musuh, Ummu Imarah terus bangkit dan menggunakan badannya sebagai perisai untuk melindungi kekasihnya dari musuh yang hendak menebas Rasulullah. Setiap kali pedang menebas badannya dan tombak menusuk tubuhnya ia pun bahagia melihat Rasulullah tidak terluka. Sehingga di tubuhnya terdapat lebih dari 20 luka bekas sayatan pedang, tombak dan anak panah demi menjaga dan melindungi kekasihnya Rasulullah Saw.

Bahkan Rasulullah Saw telah bersabda tentangnya: ”aku tidak pernah melihat yang seperti Ummu Imarah pada hari itu, ketika aku menoleh ke sisi kananku, ku dapati Ummu Imarah sedang melindungiku begitupun sebaliknya saat aku menoleh ke sisi kiriku ku dapati Ummu Imaarah sedang melindungiku”. Lalu Rasulullah Saw berkata kepada Ummu Imarah dalam peperangan itu “siapakah yang sanggup memikul sebagaimana engkau pikul wahai Ummu Imarah? Mintalah apa saja wahai Ummu Imarah! Mintalah apa saja dariku wahai Ummu Imarah!”. Ummu Imaarah berkata: ”doakanlah agar aku menjadi temanmu di surga Yaa Rasulullah! Doakanlah agar kami sekeluarga bisa menemani engkau di surga Ya Rasulullah!”. Rasulullah bersabda: ”kalian adalah teman-temanku di surga”.

Begitulah sedikit kisah mengenai ummu imarah atau Nusaibah bin Ka’ab yang mendapat gelar sebagai difa’un nabi (perisai nabi) bahkan di riwayat lain disebutkan Hamraul Asad.

Pelajaran yang Bisa Kita Ambil dari Kisah Ummu Imarah

Banyak sifat keteladanan yang bisa diambil dari beliau, di antaranya adalah beliau rela mengorbankan keluarga bahkan dirinya sendiri demi membela agama Allah serta demi kecintaannya kepada Rasulullah Saw.

Dari kisah di atas kita jadi tau bahwa tidak hanya laki-laki saja yang bisa ikut berperang membela agama Allah dan Rasul-Nya, tetapi wanita pun juga bisa ikut andil menegakan agama Allah. Meskipun kita tau bahwa wanita itu tugasnya bukan untuk berperang. Tetapi Ummu Imarah membuktikan kepada kita bahwa tugasnya laki-laki juga bisa dilakukan oleh perempuan. Di mana ia dengan gagah membantai pasukan musuh hingga tangannya tersayat tebasan pedang demi membela Rasulullah. Semoga beliau menjadi panutan para wanita tangguh di luar sana dalam membela agama Allah.

Ini juga menjadi streesing bagi kaum laki-laki. Yang mana tugasnya laki-laki saja bisa dilakukan oleh perempuan,  laki-laki seharusnya bisa melakukan tugasnya sendiri sebagai seorang pejantan. bercermin kepada Ummu Imarah yang mana ia adalah  sosok perempuan, tapi bisa melakukan pekerjaan yang seharusnya hanya bisa dilakukan oleh kaum laki-laki.

Terakhir, semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan banyak menebarkan kebaikan dalam rangka menegakan agama Allah dan Rasul-Nya.

By Taufik Hidayat

Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya 21