majalahnabawi.com – Hadlratussyeikh Muhammad Hasyim Asy’ari semasa hidupnya mempunyai teman dari kalangan ahli ilmu yang mana ibadahnya sangat kencang, bangun di malam hari lalu puasa di siang harinya, tidak akan berbicara kecuali itu memang penting, telah berhaji berulang-ulang kali, dan pada kesehariannya sangat jarang sekali keluar rumah kecuali hanya untuk shalat jamaah dan mengajar.

Sehingga pada suatu hari tepatnya hari Jum’at, beliau keluar rumah untuk melaksanakan kewajiban shalat Jum’at dan saat tibanya beliau di masjid, tiba-tiba beliau sangat marah kepada para jamaah masjid seraya berkata dengan perkataan yang kotor dan keji. Karena kejadian tersebut yang masih belum diketahui dengan jelas alasan sebab kemarahannya, beliau langsung pulang menuju rumahnya.

Teguran KH. Hasyim Asy’ari kepada Temannya

Setelah beberapa hari dari kejadian tersebut, kabar ini sampailah kepada Hadlratussyeikh Hasyim Asy’ari, sehingga membuat beliau mendatangi rumah ahli ilmu tersebut. Ketika sampainya di rumah ahli ilmu tersebut beliau sudah menunggu sangat lama di depan rumahnya, namun sayangnya tidak ada jawaban dari pemilik rumah, sampai datanglah istri dari ahli ilmu tersebut dari belakang pintu.

“Sesungguhnya temanmu tidak mau keluar dari tempatnya unuk siapa pun”. Ujar si istri ahli ilmu.

“Tolong katakan kepadanya bahwasanya temannya Muhammad Hasyim Asy’ari ingin bertemu dengannya, jika tidak mau keluar saya sendiri yang akan masuk dan saya keluarkan secara paksa”. Tegas Mbah Hasyim.

Akhirnya setelah sang istri mengabarinya sebagaimana yang disampaikan oleh Mbah Hasyim Asy’ari, si ahli ilmu ini akhirnya keluar dan menemui Mbah Hasyim.

“Wahai saudaraku, telah sampai kabar kepadaku bahwasanya kamu melakukan seperti ini, seperti ini, seperti ini (menjelaskan kejadian yang terjadi pada hari Jum’at di masjid). Maka apa yang membuatmu seperti itu?” Tanya Mbah Hasyim.

“Sesungguhnya aku melihat orang-orang bukan pada bentuk aslinya, aku melihatnya seperti Kera”. Jawab Ahli ilmu.

“Mungkin setan telah menyihirmu dan menghasutmu untuk berdiam di rumah  tidak keluar-keluar agar para masyarakat mengira kamu itu wali Allah, dan nantinya mereka ingin bertamu kepadamu lalu mengambil berkah dari mu, dan memberikanmu banyak hadiah. Maka renungilah wahai saudaraku dan sadarlah!. Balas Mbah Hasyim.

Kemudian Mbah Hasyim menyebutkan satu hadis yang berbunyi:

فَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسَيِّدِنَا عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: وَإِنَّ لِضَيْفِكَ حَقًّا. وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya: “Sungguh Rasulullah Saw berkata kepada sayyidina Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a: Sungguh tamumu itu benar-benar mempunyai hak”. Rasulullah Saw juga bersabda: “Orang yang beriman kepada Allah Swt maka hendaknya ia memuliakan tamunya”.

Insafnya Ahli Ilmu

Lalu selang beberapa hari, si ahi ilmu tersebut mendatangi kediaman Mbah Hasyim Asy’ari dan si ahli ilmu ini berkata bahwasanya benar apa yang telah dikatakan oleh Mbah Hasyim. Dia menceritakan juga bahwa sekarang ia telah meninggalkan ritual uzlahnya atau kontemplasi dan telah melakukan aktivitas keseharianya seperti layaknya orang lain. Hal itu beliau lakukan sampai beliau wafat.

Maka dari sini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa hendaknya kita jangan tertipu kepada seorang alim atau ahli ibadah, jangan sampai kita termakan dengan tutur katanya dan perilaku khawariqul adatnya (di luar dari kebiasaan). Dikatakan tentang hal tersebut:

إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَطِيْرُ فِي الْهَوَاءِ وَيَمْشِيْ عَلَى الْمَاءِ لَا تَغْتَرَّ

Artinya: “Jika engkau melihat seseorang terbang di atas langit dan berjalan di atas air, maka janganlah engkau tertipu”.

Karena kode etik tasawuf Ahlusunah Waljamaah memandang konsistensi seseorang beramal (istikamah), bagaimana pun seorang itu mempunyai keajaiban yang luar biasa tapi kalau shalatnya tidak pernah ataupun sering menyakiti makhluk maka jangan sampai kita tertipu dan terjerumus.