Esensi Hari Raya Idulfitri

majalahnabawi.com – Ramadhan berlalu Syawal pun datang. Takbir bergema di mana-mana, menandakan 1 Syawal saatnya telah tiba. Tanpa terasa 30 hari bulan Ramadhan di tahun ini kita lewati. Haru dan sedih menyelimuti umat Islam di penghujung Ramadhan ini, berharap Ramadhan senantiasa membersamai hari-hari. Namun, hari demi hari kian berganti hingga Ramadhan tahun ini tidak bisa untuk dijemput Kembali. Datanglah Syawal sebagai pengganti.

Idulfitri, yang populer kita kenal sebagai hari lebaran. Mempunyai makna tersirat yang dapat kita petik hikmahnya. Memaknai idulfitri bukan hanya dengan baju baru, kue lebaran, parsel lebaran ataupun THR. Lebih dari itu, idulfitri mempunyai pesan yang bernilai, khususnya untuk umat Islam. Apa saja sih pesan yang dapat kita ambil dari 1 Syawal tersebut ? Yuk simak penjelasannya !

1. Sunah Membaca Takbir

Gaung lebaran benar-benar terasa ketika masuk waktu Maghrib di akhir Ramadhan atau yang akrab disebut dengan malam takbiran. Malam di mana kita sebagai umat Islam disunahkan untuk mengagungkan Allah, dimulai sejak waktu Maghrib akhir bulan Ramadhan hingga imam shalat ‘id naik mimbar.

Allah Swt berfirman,

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangan puasa dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. al-Baqarah: 185)

Ayat ini menjadi dalil disyariatkannya membaca takbir pada hari raya Idulfitri. Allah Swt menyeru umat Islam agar mengagungkan-Nya ketika telah menyempurkan bilangan puasa. Hal itu semata-mata sebagai bentuk syukur atas petunjuk yang diberikan kepada mereka.

2. Hari Raya Bukan Sekedar Baju Baru

Syekh Abdul Hamid bin Muhammad bin ‘Aly bin Abdil Qadir Qudsi al-Makki al-Syafi’i dalam kitabnya Kanzun Najah wa al-Surur mengungkapan:

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ، وَكُلُّ يَوْمٍ لاَ يُعْصَى فِيْهِ فَهُوَ عِيْدٌ

Artinya: “Bukanlah disebut hari raya bagi orang yang mengenakan (pakaian) baru, sesungguhnya hari raya itu bagi orang yang ketaatannya bertambah, dan setiap hari yang tiada maksiat di dalamnya itulah hari raya

3. Momentum Silaturrahmi

Hari raya idulfitri merupakan moment untuk bersilaturrahmi dengan sanak saudara, kerabat maupun teman. Karena, di balik kesibukan masing-masing pada hari lainnya, idulfitri dirasa sebagai hari tepat untuk saling mengunjungi, bercengkrama dan melepas rindu dengan keluarga. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu mejaga silaturrahmi, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari yang terdapat di dalam kitabnya Shahih al-Bukhari, bab man ahabba al-basta fi rizqihi, juz 3 halaman 56:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Anas bin Malik berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya, atau ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi.”

4. Saling Memaafkan

Idulfitri mengajarkan kita agar saling memaafkan dan saling mengunjungi. Sudah menjadi suatu tradisi yang terdapat di Indonesia dengan berjabat tangan dan saling memaafkan setelah melakukan shalat ‘id, seraya berkata: “mohon maaf lahir dan bathin”. Ketulusan dari memaafkan merupakan hal yang dicintai Allah, sebagaimana di dalam al-Quran:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: … orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran: 134)

5. Kembali ke Fitrah dan Kemenangan

Ucapan selamat hari raya terus bergulir seiring datangnya bulan Syawal, “minal aidin wal faizin” merupakan salah satu ucapan yang tidak asing lagi kita dengar. Kata ini sering kali diucapkan bebarengan dengan kata “Mohon maaf lahir dan batin”. Namun, perlu dipahami bahwa “mohon maaf lahir dan batin” bukanlah terjemahan dari “minal aidin wal faizin”.

Kembali ke fitrah dan kemenangan adalah makna yang tersimpan dalam kata minal aidin wal faizin. Setelah melaksanakan amaliah Ramadhan selama satu bulan penuh, semoga umat islam Kembali dalam keadaan fitrah (suci) dan meraih kemenangan di hari idulfitri.

Meskipun Ramadhan tahun ini sudah berakhir, bukan berarti amalan yang menjadi rutinitas kita pada bulan Ramadhan juga berakhir. Akan tetapi, jadikanlah sebagai permulaan untuk ibadah di bulan-bulan selanjutnya seperti: memperbanyak membaca al-Quran, mendirikan shalat sunah dan amalan shaleh lainnya.

Taqabballahu minna wa minkum. Kullu ‘Amin wa Antum Bikhair

Similar Posts